Pandangan yang dulu lembut ke arahku
Itu tak ada lagi, hanya ada kesunyian yang bertumpuk
Sekarang aku bahkan berhati-hati dengan sesuatu yang sudah jelas
Itu terus tergeletak, hancur berantakan lagi
Aku malu dengan perasaanku padamu
Itu bahkan naik sampai ke ujung lidahku
Aku pusing dengan kekhawatiranku yang berputar-putar
Begitu jauh, begitu jauh, lagi
Aku sudah banyak menelan kesepian seorang diri
Dan serpihan-serpihan rasa sakit ini membebaniku
Apa yang harus aku katakan untuk membuatku merasa lebih baik?
Itu tergeletak, hancur berantakan lagi
Sayapku yang terkulai begitu menyedihkan
Waktu istirahatku yang tertumpah
Di dalam cermin aku terlihat begitu buruk
Itu terus tergeletak, hancur berantakan lagi
Aku mengantuk, aku bahkan tak bisa bermimpi
Saat aku menutup mata, kerutan mataku kian menyebar
Aku kembali gemetar dengan gerakan kecil tubuhmu
Aku sudah terbiasa dengan nuansa seperti ini
Aku sudah banyak menelan kesepian seorang diri
Dan serpihan-serpihan rasa sakit ini membebaniku
Apa yang harus aku katakan untuk membuatku merasa lebih baik?
Itu tergeletak, hancur berantakan lagi
Aku lelah, kau adalah kafein yang aku butuhkan
Sungguh hampa, malam ini terasa begitu panjang
Aku lelah, aku tak bisa menemuimu di saat fajar
Terbangun dari mimpi ini, itu terasa begitu sulit, begitu sulit
Waktu yang dulu terasa manis bagiku
Itu tak ada lagi, hanya ada kebencian yang bertumpuk
Penderitaan yang membekas begitu pekat
Itu terus tergeletak, hancur berantakan lagi
0 Comments:
Post a Comment